Thursday, March 29, 2012

Just say 'sorry' from your deepest heart

Tidak dipungkiri setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan bukan?


Yaaa, entah itu disengaja ataupun tidak, hanya ia dan pencipta'nya yang tahu.
Jika dalam kasus ini kamu termasuk ke dalam kategori 'pelaku kesalahan', maka bersegeralah mengutarakan permintaan maafmu dari hati yang paling dalam. Dan berjanjilah dalam hati, bahwa kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama bahkan mengecewakannya (apalagi) untuk yang 'kesekian' kali. Janji itu tidak perlu diutarakan dengan lantang kepadanya jika ia tidak meminta, karena akan menjadi omong kosong, apabila kamu terus-menerus mengumbar janji yang tidak pernah dapat kau penuhi.
Dan...
Ketika kamu dihadapkan pada sebuah pertanyaan, "maafkan aku?"
Berikanlah kata maafmu dengan penuh keikhlasan dan berharap ia akan menjadi lebih baik dari hari yang telah dilalui kemarin, tanpa perlu mengulang kesalahan yang sama. Bukan karenamu, tapi karena dirinya sendiri dan pencipta'nya.
Lalu...

Hapus (perlahan) amarah dan dendam dari hatimu, agar kamu dapat menjadi pribadi yang lebih bijak, dalam menghadapi ujian lain yang pasti akan kamu lalui untuk naik kelas (lagi) dalam fase kehidupanmu yang akan datang.

believe that there is a doctor of 'broken heart'  
believe that there is a medicine of 'broken heart'

Monday, March 26, 2012

Peredam


Marah itu nikmatnya hanya sesaat,
tapi penyesalannya bisa seumur hidup.

setan membesarkan amarah di hati kita,
menambahi nikmat dalam pelampiasannya,

agar kita mengkasarkan kata-kata
dan mengkejikan tindakan,
agar rusak hubungan kita dengan keluarga dan sahabat.
karena dia berhasil memisahkan satu jiwa baik
dari jiwa-jiwa yang menjadi alasan bagi pemuliaan hidupnya.

Setan membesarkan rasa marah di hati kita,
Lalu setan pergi tersenyum puas.

Tulisan ini saya dapat dari salah satu kata-kata super Bpk. Mario Teguh Golden Ways. Dan tanpa sadar, inilah salah satu cara atau obat peredam ketika rasa marah itu membuncah di dalam hati yang disebabkan oleh satu hal ataupun bahkan entah oleh apa. 
Jadi, segera redamlah amarahmu dan kontrolah emosi'mu, ketika seseorang hadir hanya untuk meyisakan pedih dan sakit yang tak terperih di hatimu. 

Sabar bisakah dibeli


"ADA yang tau, di mana bisa beli obat sabar?" Suatu hari pertanyaan  itu masuk di messaging group saya. kedengarannya konyol. Tapi ternyata direspons seru. Dari bercanda, sampai serius. Akhirnya kami malah berdiskusi 'agak' serius dengan tema 'betapa kesabaran kita menipis drastis belakangan ini'. Seorang teman, cerita bagaimana pacarnya nabok pengendara motor yang seolah muncul dari dalam tanah dan menyambar spion mobilnya. 'Biasanya pacar gue lumayan sabar. Tapi entah kenapa, kali ini kayak kesetanan'.


Saya setuju banget, banyak sebab yang potensial meruntuhkan dinding kesabaran kita. Ambil satu saja deh. Soal macet. Sekarang ini siapa yang tak tersiksa dengan macet yang tak lagi kenal waktu? Siapa sudi bersabar bila para penguasa negeri tampaknya tak berbuat apa-apa untuk membenahi? Di mana-mana situasinya serupa. Di jalan, di kantor yang full-AC-pun, hawa gampang membara. Ibarat sumbu kompor terendam minyak tanah, sedikit saja api memercik di atasnya, bisa bikin kebakaran satu kompleks.  


Ah, andai saja benar stok sabar ada yang jual, atau bisa diresepkan oleh dokter. Saya pasti akan bolak balik ke apotik dan minta dosisnya terus ditambah. Dan bila ada orang 'sok' menasehati untuk pandai bersabar dan nrimo, bisa jadi saya  justru akan mendorongnya ke jurang. Hehehe


Saya lebih suka menerapkan saran klasik ini. Kalau suasana hati dan kepala memanas, cobalah berhitung.Ya berhitung beneran, 1,2,3 dst. Konon Itu membantu meredakan amarah dan menunda kita  dari bereaksi negatif atas stimulan tertentu. Boleh coba, kecuali benci sama angka ya!


Dan, saat kepala dan hati memanas, yang terpenting adalah menjaga pikiran tetap waras.  Kalaupun terbakar, bagaimana caranya  'melokalisasi api' agar tak menyebar dan menyebabkan kerusakan lebih parah. Cakep kan teorinya? Eh, tapi, tapi, bagaimana caranya ya?  Adakah yang cukup sabar untuk mengajari saya?;-)

Inspired by Mba Emma Aliudin :)