Monday, March 26, 2012

Sabar bisakah dibeli


"ADA yang tau, di mana bisa beli obat sabar?" Suatu hari pertanyaan  itu masuk di messaging group saya. kedengarannya konyol. Tapi ternyata direspons seru. Dari bercanda, sampai serius. Akhirnya kami malah berdiskusi 'agak' serius dengan tema 'betapa kesabaran kita menipis drastis belakangan ini'. Seorang teman, cerita bagaimana pacarnya nabok pengendara motor yang seolah muncul dari dalam tanah dan menyambar spion mobilnya. 'Biasanya pacar gue lumayan sabar. Tapi entah kenapa, kali ini kayak kesetanan'.


Saya setuju banget, banyak sebab yang potensial meruntuhkan dinding kesabaran kita. Ambil satu saja deh. Soal macet. Sekarang ini siapa yang tak tersiksa dengan macet yang tak lagi kenal waktu? Siapa sudi bersabar bila para penguasa negeri tampaknya tak berbuat apa-apa untuk membenahi? Di mana-mana situasinya serupa. Di jalan, di kantor yang full-AC-pun, hawa gampang membara. Ibarat sumbu kompor terendam minyak tanah, sedikit saja api memercik di atasnya, bisa bikin kebakaran satu kompleks.  


Ah, andai saja benar stok sabar ada yang jual, atau bisa diresepkan oleh dokter. Saya pasti akan bolak balik ke apotik dan minta dosisnya terus ditambah. Dan bila ada orang 'sok' menasehati untuk pandai bersabar dan nrimo, bisa jadi saya  justru akan mendorongnya ke jurang. Hehehe


Saya lebih suka menerapkan saran klasik ini. Kalau suasana hati dan kepala memanas, cobalah berhitung.Ya berhitung beneran, 1,2,3 dst. Konon Itu membantu meredakan amarah dan menunda kita  dari bereaksi negatif atas stimulan tertentu. Boleh coba, kecuali benci sama angka ya!


Dan, saat kepala dan hati memanas, yang terpenting adalah menjaga pikiran tetap waras.  Kalaupun terbakar, bagaimana caranya  'melokalisasi api' agar tak menyebar dan menyebabkan kerusakan lebih parah. Cakep kan teorinya? Eh, tapi, tapi, bagaimana caranya ya?  Adakah yang cukup sabar untuk mengajari saya?;-)

Inspired by Mba Emma Aliudin :)

No comments:

Post a Comment